PEMBAHARUAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DESA BANYUURIP, GEMBLENGMULYO, SAMBONG, DAN DUSUN ROPOH DI KABUPATEN REMBANG.

Tulisan dalam artikel kali ini kami lakukan berdasarkan observasi nyata yang kami lakukan pada masyarakat di Desa Gembleng, Pancur, Sambong dan Banyuurip yang terletak di Kabupaten Rembang. Kami berempat melakukan observasi ini pada tanggal 9 September 2023 di keempat tempat yang berbeda dengan mendapatkan tugas masing masing. Penelitian ini difokuskan pada 4 unsur unsur yaitu arsitektur rumah, perabotan rumah tangga, fashion, dan kendaraan. Kami melakukan perbandingan antara keempat unsur diatas antara pada zaman tradisional dengan zaman modern saat ini. Kami juga memfokuskan pada perubahan sistem sistem sosial yang meliputi norma sosial, nilai sosial, dan interaksi sosial. Untuk itu dibawah ini kami mengajak para pembaca untuk ikut traveling membayangkan dan mengimajinasikan tentang perubahan zaman yang terjadi dimasyarakat dari tradisional kearah era modern. Mulai dari arsitektur rumah, perabot rumah tangga, fashion dan kendaraan. Berikut penjabarannya :

1. Arsitektur Rumah Zaman Dahulu Dengan Zaman Modern. 
Rumah zaman tradisional atau zaman dahulu
Rumah zaman tradisional cenderung menggunakan bahan kayu, terutama kayu jati. Beberapa contoh rumah tradisional adalah Rumah Joglo, Rumah Limasan, Rumah Panggang Pe dan lain lain. Berikut ini kami melakukan observasi di Desa Sambong yang menemukan rumah ber arsitektur Panggang Pe. 
Rumah Panggang Pe diatas adalah milik Mbah Sa'dun warga Desa Sambong Rt 02-Rw 01, Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. ( Dipotret oleh salah satu kelompok kami bernama Diana Kiki Rismawati, pada tanggal 9 September 2023 pukul 07.08 pagi ). 


Sabtu 9 September kita 4 pergi ke Sambong untuk melakukan pemotretan di kediaman Bapak Sa'dun yang terletak tidak jauh dari kediaman Kiki berjarak sekitar tiga rumah di Rt 02 Rw 01. Bapak Sa'dun adalah salah satu dari masyarakat Desa Sambong yang memiliki bentuk rumah masih khas bangunan zaman dulu. Bentuk rumah dari kediaman Bapak Sa'dun adalah berbentuk Panggang Pe. Rumah panggang pe adalah inspirasi dari masyarakat pesisir yang melakukan kegiatan memanggang atau menjemur ikan dengan posisi berjejer membentuk segitiga dengan tujuan agar ikan cepat kering. Rumah panggang pe milik Bapak Sa'dun ini terdapat perbedaan di bagian depan rumah karena biasanya rumah panggang pe tidak memiliki telampek (emper) namun milik Bapak Sa'dun memilikinya. Emoperan rumah panggang pe milik Bapak Sa'dun berbentuk seperti sayap limasan yang biasanya digunakan kumpul kumpul bersama kerabat. Di bagian depan rumah tersebut juga terdapat seperti pagar di bagian depan dan samping yang bisa digunankan untuk duduk duduk bersama sambil berbicang. Rumah panggang pe biasanya terdapat atau ditompang dengan menggunakan 4 buah tiang atau lebih. Struktur atau tata ruang dari rumah panggang pe ini sangat unik, setelah kita masuk melalui pintu utama kita akan disuguhkan dengan ruang tamu yang luas, disebelah kanan terdapat 2 kamar tidur dan di sebelah kiri terdapat ruang untuk sholat yang diberi penghalang gebyok yang terbuat dari kayu jati. Masuk di pintu kedua kita akan disuguhkan dengan satu ruang kamar lagi biasanya ruangan ini digunakan oleh keluarga Bapak Sa'dun menyimpan makanan saat ada acara besar. Masuk ke ruang belakang bagian ini digunakan sebagai dapur dan kamar mandi. Rumah Bapak Sa'dun terletak di dalam gang jalan, sehingga bagian depan rumah tersebut langsung mengarah ke jalan desa. 

Gambar diatas adalah hasil potret observasi yaitu Gladak milik Bapak Suparman yang beralamatkan di Desa Banyuurip Rt 02 - Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto ini diambil oleh Diyah Evita Sari, salah satu kelompok kami, pada tanggal 12 September pukul 6.18 petang). 

Jenis rumah tradisional sebenarnya bukan hanya rumah panggang pe namun banyak jenisnya seperti rumah limasan dengan keunikan dibagian atapnya yang berbentuk limas banyak keunikan di dalam rumah limas seperti halnya terdapat gladak atau rumah panggung di dalam rumah tersebut. Gladak adalah salah satu bangunan kuno yang sudah jarang di temui. Gladak biasanya terbuat full dari kayu yang berkualitas seperti kayu jati sehingga bernilai tinggi ketika dijual. Biasanya di dalam rumah limasan juga terdapat kesel ( sekat ) antara ruang satu dengan ruang lainya biasanya terletak di tengah ruang tamu. Selain rumah limas juga terdapat Rumah Joglo menurut Wikipedia Rumah Joglo adalah rumah khas masyarakat Jawa Tengah yang memiliki atapnya menyerupai trapesium, di bagian tengah menjulang ke atas berbentuk limas; serambi depan lebar dan ruang tengah tidak bersekat-sekat. Seiring perkembangan zaman banyak dari generasi selanjutnya yang memilih rumah dengan gaya modern dengan alasan lebih tahan lama dan biaya yang cukup untuk dijangkau. Sejak saat itu mulai bermunculan rumah dengan gaya modern atau tembok. 

Rumah Zaman Modern. 
Bangunan rumah dengan bentuk modern sekarang ini sudah banyak berdiri, tidak hanya di kota kota saja namun di daerah desa juga sudah cukup banyak bangunan rumah dengan konsep modern. Konsep modern dinilai memiliki nilai estetika yang tinggi dan harga bahan baku yang terbilang lebih murah dibandingkan harus membangun rumah dengan kayu jati yang memiliki harga mahal. 
Rumah diatas adalah rumah milik Bapak Mamen, seorang warga masyarakat Dukuh Ropoh - Desa Pancur, Rt 08 - Rw 03, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Dipotret oleh anggota kami Syafa'atul Udzma pada Jum'at, 08 September 2023 pukul 05.51 pagi ). 

Struktur rumah modern sangat berbeda dengan rumah tradisional biasanya rumah modern setelah memasuki pintu utama akan ada ruang kecil untuk mengadakan acara baru setelah itu masuk ruang keluarga. Perbedaan yang signifikan juga terdapat di halaman rumah depan dan model rumah, biasanya rumah tradisional memiliki lahan yang luas di bagian depan sedangkan rumah modern tidak memiliki tidak jarang rumah model sekarang dibuat bertingkat 2 untuk mengakali lahan sempit yang dimiliki. Rumah diatas milik Bapak Mamen yang terlihat sangat mewah dan modern. Rumah Bapak Mamen ini terlihat paling menonjol diantara rumah rumah yang lain. Desain arsitektur rumah tersebut terlihat simple dan elegant. Nampak bahwa tanah tersebut sempit, namun Bapak Mamen membuat rumah tersebut menjadi tingkat. Rumah ber cat warna hijau dengan paduan warna coklat dan putih terlihat bersih dan nyaman dipandang. Di bagian depan terlihat bahwa ada tembok pagar yang mungkin saja berfungsi untuk membatasi rumahnya dengan jalanannya. Mungkin saja juga berfungsi untuk sebagai penjagaan kalau kalau saja anaknya yang kecil bermain diteras rumah supaya aman tidak lari ditengah jalan. Dibagian samping kanan rumah tersebut digunakan sebagai garasi untuk memarkirkan mobil dan kendaraan pribadinya supaya aman dari tangan tangan pencuri. Dibagian atas rumah juga terdapat balkon atau pembatas keamanan untuk digunakan bersantai disore dan pagi hari menikmati udara segar. Nampak lampu lampunya juga banyak dan terang. Dibagian dalam rumah tersebut kita akan disajikan dengan pandangan ruang tamu, diisi dengan tv LED berukuran besar dan menggelegar apabila ditonton. Apabila kita naik ke atas tangga, rumah tersebut dibuat menjadi bagian kamar kamar pribadi, samping kanan adalah kamar suami istri dan sampingnya adalah kamar sang anak semata wayangnya. Untuk kamar mandinya Bapak Mamen menaruhnya dibagian kiri rumah. Terlihat bahwa arsitektur rumah Bapak Mamen ini sangat mewah dan modern. 

2. Perabot Rumah Tradisional Dan Modern
Perabot Rumah Tradisional atau Zaman Dahulu.

Perabotan zaman dahulu atau tradisional.  
Perabot rumah tangga merupakan salah satu sarana yang dapat mempermudah kegiatan masyarakat. Perabot zaman dahulu dan sekarang sudah jauh berbeda dari segi bentuk, dan bahan pembuatan. Kebanyakan perabot zaman dahulu terbuat dari tanah liat dan batu. Namun, untuk zaman sekarang perabot rumah tangga sudah terbuat dari aluminium dan stainless steel. 

NGARON DAN PAWON
Gambar diatas adalah foto ngaron milik Mbah Turi, seorang warga masyarakat Desa Banyuurip Rt 03-Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh salah satu kelompok kami Diyah Evita Sari, pada tanggal 07 September 2023, pukul 08.45 malam ). 
Nampak gambar diatas adalah gambar pawon hasil observasi langsung milik Mbah Turi, seorang warga masyarakat Desa Banyuurip Rt 03-Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Fotografer adalah Diyah Evita Sari, diambil pada 07 September 2023, pukul 08.45 malam ). 

Pada 7 september tepatnya pukul 8.45 kami mengunjungi rumah Mbah Turi di Desa Banyuurip untuk mempotrek alat masak kuno seperti ngaron dan pawon. Ngaro adalah salah satu jenis perabot rumah tangga yang terbuat dari tanah liat. Ngaron memiliki banyak jenis ukuran mulai dari yang kecil sampai ukuran yang besar. Ngaron yang kecil biasanya disebut dengan kuali yang digunakan untuk membuat sayur, sedangkan yang besar atau ngaron digunakan untuk wadah nasi uduk untuk acara manakipan. Ngaron milik mbah turi ini terlihat tertutup debu karena sudah tidak digunakan sejak lama. Selain sudah terlihat agak berdebu, nampak juga bahwa ngaron tersebut kurang tertata rapi sehingga tertumpuk tumpuk antara satu dengan yang lain. Salah satu ngaron Mbah Turi nampak beralasan blangse beras. Biasanya para orang tua yang sudah agak sepuh yang masih menggunakan kuali utuk memasak dengan menggunakan kayu bakar diatas pawon.

Pawon adalah tungku yang biasanya digunakan untuk memasak dengan menyalakan api dengan kayu bakar. Namun seiring berjalanya waktu pamor dan keeksistensianya pawon dan ngaron sudah jarang dikenal dan digunakan, bisa di bilang ada barannya namun sudah hampir hilang fungsinya. Banyak dari masyarakat zaman sekarang sudah berganti mengunakan panci modern yang terbuat dari alumunium dengan alasan mudah perawatanya dan mudah disimpan tidak ada ancaman dapat pecah. Sama halnya dengan ngaron banyak masyarakat yang berpindah dari menggunakan pawon menggunakan kompor dengan alasan mudah, tidak banyak asap dan tidak menyebabkan hitam pada alat masak. Namun pawon milik Mbah Turi ini tetap digunakan meskipun sudah banyak masyarakat yang tidak menggunakan. Alasan dari Mbah Turi tetap menggunakan pawon adalah karena cita rasa yang dihasilkan masakan pawon jauh lebih nikmat dari pada dari kompor. Pawon Mbah Turi ini terlihat memiliki dua tungku dan satu tungku lagi. Pada dua tungku pawon, salah satunya terdapat ompreng yang berukuran agak besar dengan warna hitam menyelimuti bagian luarnya, dan atasnya tertutup oleh tutupan panci. Di sebelahnya, terdapat ompreng juga yang sepertinya digunakan oleh Mbah Turi untuk memasak sayuran, atau di Jawa disebut dengan janganan. Dalam pawon Mbah Turi terdapat lubang untuk memasukkan kayu sehingga dapat menyalakan api, namun disana terlihat abu abu yang sepertinya baru saja Mbah Turi memasak air ataupun janganan. Di depan lubangnya juga terlihat adanya kemasan minyak yang tergeletak. 

DARINGAN DAN GENOK 
Gambar diatas adalah jebretan hasil observasi yang dilakukan di rumah Ibu Supriyatin, warga Desa Banyuurip Rt 03 - Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( foto ini diambil oleh salah satu kelompok kami yaitu Diyah Evita Sari, pada 07 September 2023, pukul 09.00 malam ). 

Setelah dari rumah Mbah Turi kami melanjutkan perjalanan kami di kediaman ibu Supriyatin untuk melihat alat rumah tangga yang terdapat di rumah Ibu Supriyatin. Tepatnya pada tanggal 7 september pukul 20.50 di Desa Banyuurip, disana kami melihat terdapat daringan yang digunakan masyarakat zaman dahulu untuk menyimpan beras yang akan di masak biasanya diletakkan di dalam daringan. Jadi bisa disebut Daringan adalah tempat menyimpan beras. Daringan memiliki pantangan tersendiri yaitu untuk tidak membiarkan kosong daringan dalam artian harus tetap ada isinya walaupun sedikit karena dipercaya jika daringan kosong maka pemilik bisa tidak kuat dalam mengisi daringan tersebut. Daringan biasanya terbuat dari tanah liat hampir sama dengan ngaron namun daringan memiliki tutup yg terbuat dari tanah liat dan daringan juga memiliki bentuk yang agak tinggi. Daringan milik Ibu Supriyatin terlihat agak usang dan diselimuti debu karena memang sudah tidak digunakan untuk menyimpan beras lagi. Nampak daringan Ibu Supriyatin terletak pada rak yang terbuat dari kayu yang sepertinya atas dan bawahnya digunakan untuk menyimpan alat rumah tangga yang lainnya. Di samping daringan milik Ibu Supriyatin terlihat adanya penampakan sebuah baskom berwarna biru yang terlihat agak tidak bersih karena juga mungkin saja terkena debu. Alasan Ibu Supriyatin tidak digunakan lagi daringan tersebut karena terkadang beras yang disimpan berubah menjadi hijau. 

Selain daringan ada juga genok. Genok merupakan wadah untuk menyimpan air. Genok biasanya terbuat dari tanah liat. Kelebihan menyimpan air di genok adalah air menjadi lebih segar dan mempunyai daya tahan yang cukup lama terhadap jentik jentik. Masyarakat di Desa Banyuurip masih banyak yang menggunakan genok dari tanah tapi banyak juga yang sudah menggunakan genok dari plastik. Genok milik Ibu Supriyatin ini terlihat sudah usang, sepertinya memang usia genok ini sudah lama. Terlihat genok tersebut tertutup dengan tutup yang terbuat dari bahan atom berwarna kuning, disampingnya juga terdapat sebuah genuk namun berukuran lebih kecil dari genuk yang digunakan untuk menggunakan air. Genok tersebut ia letakkan pada sebuah ruangan yang bertutup kayu gedeg dengan sampingnya adalah kayu jati. Disana juga nampak adanya selang air berwarna hijau yang melintas vertikal. 

KENDI 
Gambar diatas adalah foto hasil observasi nyata yang dilakukan Di Dukuh Ropoh, Desa Pancur. Foto di atas adalah foto kendi milik Ibu Siti yang beralamatkan di Dukuh Ropoh, Desa Pancur Rt 08-Rw 03 Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh Syafa'atul Udzma pada tanggal 23 Oktober 2023, pukul 09.10 Pagi). 

Dilansir dari @wikipedia.com kata kendi berasal dari bahasa sansekerta. Dalam filosofi Jawa, kendi dimaknai sebagai wadah/sumber kehidupan, dilambangkan air didalamnya yang juga sebagai sumber kehidupan manusia dan seluruh alam. kendi biasa digunakan orang-orang sebagai tempat untuk menyimpan air. Kendi banyak dijumpai di daerah pedesaan, khususnya di Pulau Jawa. Masyarakat pada zaman dulu percaya bahwa air yang dimasukkan kedalam kendi akan jauh terasa lebih segar daripada air minum yang dimasukkan kedalam wadah yang lain. Kendi Ibu Siti terbuat dari tanah liat berwarna coklat kehitaman. Di bawahnya di beri tatakan sebuah baskom berukuran pas yang berwarna biru. Di atas lubang kendi, Ibu Siti menaruh tutup yang terbuat dari lampu bohlam yang sudah tidak nyala atau rusak yang dibungkus dengan plastik. Kendi tersebut diletakkan di meja rumah Ibu Siti. Sebagian besar masyarakat Ropoh masih menggunakan kendi sebagai wadah untuk menyimpan air. Seperti Ibu Siti ini, beliau masih menggunakan kendi untuk menyimpan air. Meskipun dirumahnya memiliki kulkas, Ibu Siti lebih suka meminum air yang berasal dari kendi, karena dirinya merasa bahwa air kendi lebih segar dari pada air yang berada di dalam kulkas.

PADASAN 
Gambar diatas adalah foto hasil observasi langsung. Foto diatas adalah padasan milik Ibu Ngasah, warga Desa Sambong Rt 02 Rw 02, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh salah satu kelompok kami yaitu Diana Kiki Rismawati, pada tanggal 6 September 2023, pukul 04.03 sore ). 

Pada 6 September pukul 16:03 saya Kiki melakukan pengamatan mengenai tempat air wudhu, di rumah Ibu Ngasah bertempatan di Desa Sambong rt02/rw02, tempat air wudhu atau yang biasa disebut masyarakat desa Sambong padasan. Padasan yaitu sebuah gentong yang didalamnya berisi air yang digunakan untuk wudhu. Gentong terbuat dari tanah liat, Ibu Ngasah meletakkan gentong di depan rumahnya yang berada diatas susunan genteng. Diatas padasan terdapat tutup yang berasal dari tutup panci digunakan untuk tutup padasan, dan atasnya ditumpangi lagi dengan genteng supaya tutupnya lebih rapat. Padasan itu di lubangi kecil dibagian bawah dan ditutup menggunakan potongan sendal jepit, bawahnya beralas batu bata dan sampingnya dilumuri semen agar tidak bocor. 

COBEK 

Gambar diatas adalah foto cobek dan ulekan milim Ibu Siti, warga masyarakat Dukuh Ropoh Desa Pancur, Rt 08 Rw 03, Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. ( Fotografer adalah salah satu kelompok kami yaitu Syafa'atul Udzma, diambil pada 08 September 2023, pukul 06.00 pagi ). 

Cobek dan ulekan
Perubahan sosial dalam perabotan rumah tangga yang di gunakan untuk memasak salah satunya yaitu cobek dan ulekan yang digunakan pada orang zaman dahulu untuk menghaluskan bumbu masakan, menggunakan cobek dan ulekan yang terbuat dari batu ada juga yang terbuat dari tanah liat, merupakan jenis barang yang berbentuk seperti piring sebagai alas, sementara ulekan berbentuk benda tumpul memanjang seperti pentungan yang dapat digenggam tangan untuk ngulek, cara bekerjanya cobek dan ulekan menggunakan tenaga manusia. Cobek Ibu Siti terlihat berukuran sedang, dengan warna hitam. Terlihat sudah berusia agak lama namun tetap kokoh dipakai. Ibu Siti menggunakan cobeknya untuk memasak setiap hari. Selain digunakan untuk membuat bumbu memasak, dirinya juga gunakan untuk membuat sambal untuk sang suami dan anaknya.

Perabot Rumah Tangga Zaman Modern. 
Nah, diatas adalah penjabaran mengenai beberapa alat perabot rumah tangga tradisional yang masih ada di Desa Banyuurip, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. Seiring perkembangan zaman masyarakat Banyuurip juga kian beralih menggunakan alat alat modern seperti kompor, genuk plastik, toples plastik, dan wajan. Berikut ini adalah penjabarannya :

WAJAN DAN KOMPOR  
Pada gambar diatas terlihat adalah foto wajan modern dan kompor milik Ibu Supriyatin warga Desa Banyuurip Rt 03-Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto diambil pada tanggal 22 September pukul 14.04 siang, oleh Diyah Evita Sari ). 

Penggunaan dari perabot rumah tangga yang dulu kini sudah beralih dari barang barang dahulu seperti halnya ngaron dan pawon. Sekarang ini banyak masyarakat yang beralih dari ngaron menjadi menggunakan wajan dan dari pawon kini sudah menggunakan kompor. Warga beralih dari ngaron menuju wajan adalah dengan alasan bahwa apabila menggunakan wajan warga lebih praktis dan mudah. Wajan Ibu Supriyatin terlihat masih baru dan bersih. Wajan memudahkan memasak dengan alasan wajan lebih cepat menghantarkan panas karena terbuat dari bahan yang mudah menyerap panas api. Ibu Supriyatin mengaku bahwa semenjak menggunakan wajan ini Ibu Supriyatin menjadi semakin mudah memasak. Wajan ini juga tidak akan berkarat karena menggunakan bahan stainless steel. Pegangannya juga terdapat lindungan yang sepertinya berbahan karet sehingga memudahkan pengguna untuk memasak karena tidak panas saat terpegang. 

Setelah penggunaan wajan, kini kami akan menjelaskan mengenai penggunaan kompor dizaman sekarang sebagai pengganti pawon. Foto diatas adalah kompor milik Ibu Supriyatin yang dimana terlihat bahwa kompor tersebut memiliki dua tungku. Kompor tersebut terlihat bersih karena sepertinya Ibu Supriyatin adalah orang yang mengutamakan kebersihan dan kesterilan supaya makanan tetap sehat dan bersih. Kompor Ibu Supriyatin digunakan untuk memasak kesehariannya, menurut Ibu Supriyatin menggunakan kompor jauh lebih mudah ketimbang menggunakan pawon. Seperti katanya bahwa penggunaan pawon lebih sulit karena kita harus menyalakan api dari kayu dahulu, dan pantangannya adalah apabila sudah terbakar akan muncul asap yang kadang mengganggu saat memasak. Jika menggunakan kompor, Ibu Supriyatin menjadi mudah saat memasak. Selain mudah saat menyalakan api, kompor juga tidak mengeluarkan asap yang akan menyebabkan polusi udara. Kompor juga mudah panas, sehingga memasak tidak menggunakan banyak waktu. 

GENOK PLASTIK DAN TOPLES PLASTIK. 
Gambar diatas adalah gambar genok plastik dan toples plastik di kediaman Ibu Supriyatin, warga Desa Banyuurip Rt 03-Rw 01, Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh salah satu kelompok kami yaitu Diyah Evita Sari, pada tanggal 07 September pukul 09.00 malam ) .
 
Selain mengganti ngaron dan pawon dari tradisional ke modern, Ibu Supriyatin juga mengganti daringan dan genok. Jika dahulu Ibu Supriyatin menggunakan genok dari tanah liat untuk menyimpan air yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari, kini Ibu Supriyatin sudah berganti menggunakan genok plastik atau biasa disebut dengan timbo untuk menyimpan air. Jika kita melihat gambar diatas, maka nampak bahwa genok plastik Bu Supriyatin berwarna hijau dengan warna tutup yang senada dan serasi. Terlihat diatasnya terdapat gayung berwarna biru yang berfungsi sebagai alat untuk mengambil air yang ada didalam genok plastik tersebut. Genok plastik Ibu Supriyatin beralaskan sebuah blangse berwarna putih dengan pinggiran warna hijau. Dibagian belakang genok plastik juga nampak adanya beberapa perabot rumah tangga yang terletak kurang tertata rapi diatas kursi panjang dari kayu yang beralaskan karpet warna pink. Dari gambar terlihat adanya alat alat seperti baskom, timbo, panci, bak, mangkok, wadah tepak, wajan dan adanya eskan. Di samping kiri juga nampak adanya sebuah dandang yang tertutup oleh kain berwarna hitam, dan satunya lagi sepertinya itu kain batik berwarna ungu. Genok plastik ini digunakan oleh Ibu Supriyatin untuk menyimpan air yang digunakan untuk memasak sehari hari. 

Selain dari genok berganti menjadi genok plastik, Ibu Supriyatin juga mengganti alat yang dahulunya daringan untuk menyimpan beras menjadi toples plastik berukuran besar yang digunakan untuk menyimpan beras. Jika menurut pernyataan Ibu Supriyatin, apabila menggunakan daringan kebanyakan nasi berubah menjadi warna hijau, penggunaan toples plastik sepertinya jauh lebih mudah. Selain praktis, toples plastik juga tidak mudah berjamur atau terdapat hewan hewan kecil. Terlihat toples milik Ibu Supriyatin berwarna putih dengan tutup warna hijau ywng diatasnya terdapat baskom warna merah yang sepertinya digunakan untuk mengambil beras. Seperti biasanya, alat perabot Ibu Supriyatin kali ini juga beralaskan blangse ysng terletak diatas kursi berbahan kayu. Beras Ibu Supriyatin terlihat tinggal setengah. Kursi dari kayu tersebut bagian sampingnya terlihat berdebu yang sepertinya sudah lama tak dibersihkan. 

ESKAN 
Gambar diatas adalah foto hasil observasi nyata yang dilakukan Di Dukuh Ropoh, Desa Pancur. Foto di atas adalah foto eskan milik Ibu Siti yang beralamatkan di Dukuh Ropoh, Desa Pancur Rt 08-Rw 03 Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh Syafa'atul Udzma pada tanggal 23 Oktober 2023, pukul 09.10 Pagi). 

Semakin berkembangnya zaman kendi ini mulai ditinggalkan masyarakat dan beralih ke teko plastik yang umumnya lebih praktis, mudah, dan enteng dibawa kemana-mana tanpa takut jatuh dan pecah. Dapat kita lihat bahwa teko plastik jauh lebih unggul daripada kendi. Teko plastik mudah untuk dibersihkan sedangkan kendi sulit untuk dibersihkan. Teko plastik juga mempermudah pengguna untuk mengetahui air didalamnya terdapat kotoran atau tidak. Tetapi dibanding dengan teko plastik air dikendi jauh lebih segar dan nikmat daripada teko plastik, terkadang air di teko plastik akan terasa hangat jika suhu udara terlalu panas. Sampai saat ini keberadaan kendi masih banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia sebagai pelengkap kehidupan, meskipun usianya telah lama, tetapi bentuk dan fungsinya selalu dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sampai saat ini. Eskan milik Ibu Siti diatas berwarna ungu muda dengan tutup juga berwarna ungu namun ungu tua. Eskan diatas dipergunakan Ibu Siti hanya apabila sedang membuat es segar. Ibu Siti jarang menggunakan eskan sebagai wadah air putih karena rasanya yang kurang segar. 

SANYO 
Gambar di atas adalah foto hasil jepretan kamera nyata. Foto di atas adalah foto sanyo milik Ibu Lamurwati, seorang warga Desa Sambong Rt 02 Rw 02, Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh Diana Kiki Rismawati, pada tanggal 23 September 2023, pada pukul 9.35 pagi ). 

Berbeda dengan sanyo, sanyo lebih mudah untuk digunakan masyarakat karena lebih mudah digunakan dan lebih efesien dalam menghemat waktu. Selain itu, sanyo juga mempermudah kegiatan masyarakat dalam melakukan aktivitas misalnya untuk mencuci pakaian, mencuci tangan, mencuci beras dan mengisi air di bak ai di dalam kamar mandi termasuk mengisi air di genok. Namun kegunaan padasan yang hanya bisa digunakan untuk wudhu dan kalau habis harus diisi ulang menggunakan tenaga manusia. Dengan berkembangnya teknologi modren padasan mulai ditinggalkan oleh masyarakat sambong dan beralih menggunakan sanyo. Sanyo milik Ibu Lamurwati terlihat berwarna pink dengan bagian putarannya berwarna hitam. Terletak pada samping rumah Ibu Lamurwati. Sanyo Ibu Lamurwati terlihat menyala dengan mengalirkan air yang deras. Sanyo di atas nampak menempel dengan tembok rumah Ibu Lamurwati. 

BLENDER 
Gambar diatas adalah foto hasil observasi langsung, nampak adanya sebuah blender milik Ibu Siti, seorang warga masyarakat Dukuh Ropoh, Desa Pancur, Rt 08 Rw 03, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Fotografer adalah salah satu kelompok kami yaitu Syafa'atul Udzma, pada tanggal 07 September pukul 06
00 pagi ). 

Namun berkembangnya zaman Perubahan sosial dalam perabotan rumah tangga yang digunakan untuk memasak sangat beragam salah satunya yaitu blender, jaman semakin maju dan teknologi semakin cangih manusia membuat produk yang praktis bisa menyingkat waktu, alat ini berupa sebuah wadah yang berbentuk seperti gelas terbuat dari kaca ada juga yang terbuat dari plastik dilengkapi pisau berputar yang digunakan untuk menggiling, atau melunakkan bahan makanan, cara bekerja alat belender menggunakan energi listrik menjadi energi gerak maka pisau bisa berputar dengan kecepatan tinggi atau sesuai yang di inginkan. Nampak gambar diatas blender Ibu Siti berwarna biru, dengan atasan kaca berwarna putih. Dipadukan dengan tutup berwarna senada. Foto di atas diambil oleh anak dari Ibu Siti, salah satu kelompok kami yaitu Syafa'atul Udzma pada pagi hari. Ibu Siti mengungkapkan bahwa ia menggunakan blender pada saat saat tertentu saja, seperti apabila memasak dengan jumlah yang banyak sehingga memerlukan bumbu yang banyak, maka Ibu Siti akan menggunakan blender untuk menghaluskan bumbu dapurnya. Selain digunakan untuk memasak, blender diatas juga dirinya gunakan untuk menghaluskan buah buahan yang akan dibuat jus. Ibu Siti mengaku bahwa blender lebih memudahkan pekerjaan ketimbang dirinya menggunakan cobek.

Diatas adalah perubahan penggunaan alat perabotan rumah tangga dari tradisional ke alat modern. Apabila kita lihat dan amati, sudah banyak sekali masyarakat yang menggunakan alat alat modern. Selain mudah dan praktis, alat modern juga kini sudah banyak ditemukan dimana mana. Berbeda dengan alat tradisional yang kini sudah langka ditemukan. Ada baiknya jika kita tetap menjaga dan menyimpan alat tradisional karena itu juga bisa sebagai barang antik. 

Dibawah ini kami akan membahas mengenai perubahan kendaraan. 
3. Kendaraan Zaman Dahulu Dengan Zaman Modern. 
Kendaraan merupakan transportasi yang digunakan untuk membantu manusia menyelesaikan pekerjaannya. Dari zaman dahulu sampai zaman sekarang ini, kendaraan memiliki fungsi yang sama namun sudah beberapa ada perbedaan, mulai dari cara menggunakan, bentuk, dan tekhnologi yang dipakai. Untuk kali ini saya dan kawan kawan melakukan observasi penelitian yang kami lakukan di Desa Gemblengmulyo mengenai perubahan kendaraan zaman tradisional dan sekarang. 

Kendaraan zaman dahulu atau tradisional. 
Gambar diatas adalah foto sepeda kuno atau sepeda jengki milik Bapak Munasik, seorang warga masyarakat Desa Gemblengmulyo Rt 03 Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto diambil oleh kelompok kami Safinatun Najah, pada tanggal 07 September 2023, pukul 05.00 sore hari ). 

Gambar diatas adalah hasil observasi penelitian kami yang diambil di Desa Gemblengmulyo. Nampak sebuah sepeda milik Bapak Munasik yang beralamatkan di Desa Gemblengmulyo Rt 03 Rw 01 yang terparkir terletak di depan rumah bertembok kramik dengan 3 jendela yang berbahan kayu. Foto ini diambil pada tanggal 07 September pukul 5 sore hari dengan fotografer salah satu kelompok kami yaitu Safinatun Najah. Sepeda tradisional ini dinamakan dengan sepeda jengki, yang dimana sepeda tersebut yang terlihat sudah kuno namun masih digunakan oleh Bapak Munasik sampai saat ini untuk pergi ke sawah setiap harinya dan melakukan kegiatan lain. Gambar diatas juga terlihat bahwa meskipun sudah kuno dan sedikit berkarat namun sepertinya sepeda ini masih tetap kuat dan kukuh. Di belakang sepeda Bapak Munasik juga nampak sebuah terpal berwarna putih yang menggulung. Sepeda jengki diatas digunakan Bapak Munasik pergi ke sawah untuk mengambil rumput yang digunakan untuk memberi makan hewan peliharaanya seperti sapi atau kambing, di Jawa ini disebut dengan ngaret. Faktor mengapa Bapak Munasik masih menggunakan sepeda kuno adalah karena Bapak Munasik merupakan warga yang umurnya sudah sepuh, oleh karena itu dirinya tetap menggunakan sepeda jengki. 
Penggunaan sepeda jengki ini sudah semakin memudar, kini kian banyak orang yang menggunakan sepeda modern atau disebut dengan sepeda motor atau bahkan menggunakan mobil. Berikut di bawah ini adalah pembahasannya. 

Kendaraan zaman sekarang atau modern. 
Gambar diatas adalah hasil observasi nyata yang dilakukan di Desa Gemblengmulyo Rt 03 Rw 01 Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. Sepeda tersebut adalah milik Mbak Safinatun Najah. ( Foto ini diambil oleh fotografer kami yaitu Safinatun Najah pada tanggal 6 September 2023, pukul 04.00 sore ). 

Berbeda dengan zaman modern sekarang yang dimana semua teknologi sudah maju. Kini sudah hampir semua masyarakat memiliki kendaraan sepeda motor, dimana sepeda motor kini jauh lebih mempermudah aktivitas manusia. Foto yang dilampirkan diatas adalah kami mengambil gambar dari sepeda motor milik salah satu kelompok kami yaitu Safinatun Najah warga masyarakat Desa Gemblengmulyo Rt 03 Rw 01, teman kami melakukan observasi tersebut pada tanggal 6 September pukul 04.00 sore. terlihat pada gambar tersebut nampak sepeda motor tersebut berwarna hitam yang dipadukan dengan sedikit warna merah. Menurut pernyataan Mbak Fina sepeda tersebut ia gunakan untuk beraktivitas sehari hari seperti berangkat dan pulang sekolah, bermain, dan melakukan kegiatan lain. Foto tersebut ia ambil di samping rumah miliknya, dengan latar belakang gambar tembok putih belum dilapisi dengan semen. Nampak pada foto tersebut sepeda motor ini terlihat sudah bersih, sepertinya baru saja ia bersihkan. Menurut pernyataan pemilik sepeda tersebut dirinya mengatakan bahwa ia sangat terbantu dengan sepeda tersebut dan mempermudah aktivitasnya. 

4. Fashion tradisional dengan fashion modern. 
Pakaian merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dalam keberlangsungan kehidupan. Pakaian yang baik adalah pakaian yang dapat melindungi kita dari bahaya. Di tahun 2023 ini banyak sekali trend berpakaian yang sangat di gemari anak muda sekarang ini. Trend pakaian dari zamaan dulu sampai sekarang sudah berubah 180°. 

Fashion Tradisional
Gambar diatas adalah salah satu warga masyarakat Desa Gemblengmulyo Rt 03-Rw 01, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. ( Foto diatas diambil oleh seorwng fotografer pada saat Mbak Fitri sedang wisuda pada tahun 2019 ). 

Dahulu para perempuan menggunakan kebaya untuk pakaian sehari hari. Mereka sangat terlihat cantik dengan balutan kebaya zaman dahulu dengan jarit yang membentuk tubuh dengan anggun. Saat ini banyak masyarakat yang sudah tidak menggunakan kebaya lagi, model kebaya kuno juga sudah banyak dimodifikasi menjadi lebih inovatif. Kebaya kuno sekarang ini sudah sangat jarang terlihat. Dulu masih banyak mbah - mbah yang mengunakan kebaya setiap hari namun, sekarang ini sudah sangat jarang terlihat. Mereka sekarang lebih memilih menggunakan pakaian kaos maupun daster untuk sehari hari bahkan untuk pergi mereka memilih menggunakan gamis. Kebaya kini hanya digunakan untuk acara penting seperti pernikahan dan wisuda. Seperti pada gambar milik mbak fitri dari Desa Gemblengmulyo rt03 rw01. Ditahun 2019 Mbak Fitri melakukan wisuda di salah satu universitas, dari sekian banyaknya kebaya modern di tahun itu Mbak Fitri memilih menggunakan kebaya kuno yang dipadukan dengan jarit bermotif warna biru. Mbak fitri sangat terlihat anggun dengan balutan kebaya kuno warna putih dengan jarit bermotif yang menambah aura anggun Mbak Fitri. Mungkin kebaya modern sudah sangat banyak ditahun itu tapi pamor kebaya kuno masih sangat besar dan indah dipandang. 

Fashion Modern
Foto diatas adalah contoh dari Fashion Modern. Foto di atas kami mengambil dari salah satu warga Desa Sambong yaitu Mbak Ida, yang beralamatkan di Desa Sambong Rt 01 - Rw 03, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. ( Foto diatas diambil pada Bulan Juli tanggal 25 tahun 2023 pada sebuah studio foto di daerah Lasem ). 

Pada gambar diatas, nampak bahwa Mbak Ida sedang berpose ria menggunakan fashion zaman modern saat ini. Gambar pada studio foto di Daerah Lasem diatas nampak Mbak Ida mengenakan baju kombinasi berwarna biru dan putih dipadukan dengan jumpsuit berwarna hitam. Nampak Mbak Ida mengenakan jilbab berwarna ungu muda dengan di hiasi kacamata diatasnya yang menambah kesan kece. Sepatu yang dikenakan Mbak Ida juga nampak indah dan menambah kesan fashionable. Dengan latar belakang foto berwarna abu abu, foto diatas menjadi lebih indah dan nampak sangat modern. Dari gambar diatas nampak bahwa fashion zaman sekarang ini sudah sangat berbeda dengan zaman dahulu. Apabila zaman dahulu masyarakat mengenakan kebaya untuk kesehariannya, kini masyarakat sudah beralih mengenakan fashion-fashion yang lebih trendy. Bahkan kini kebaya sudah cukup sulit ditemukan pada pakaian sehari hari masyarakat. Kini sudah banyak sekali anak anak muda bahkan orang tua yang beralih mengenakan pakaian modern. Selain dinilai trendy, mengenakan outfit modern juga nampak bagus.

Perkembangan zaman dan perubahan zaman pasti akan terus terjadi. Kita tidak bisa membuat semuanya berhenti hanya pada satu zaman tertentu. Perkembangan dan perubahan arsitektur rumah, fashion maupun perabotan rumah tangga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap individu berhak menentukan keinginan penggunaan arsitektur rumah, fashion maupun perabotan rumah. Perkembangan dan perubahan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Dan kita sebagai manusia penerima perubahan tersebut harus siap dan dapat memilah semua perkembangan.

NAMA KELOMPOK : 
1. Diana Kiki Rismawati ( 08 )  
2. Diyah Evita Sari ( 10 ) 
3. Safinatun Najah ( 29 ) 
4. Syafa'atul Udzma ( 32 ) 

KELAS XII IPS 3 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEARNING TOUR SMA N 1 PAMOTAN DI DESA DASUN

Hubungan Sosial Bakul Pentol di Desa Pancur