Syafa'atul Udzma

Batik Lumintu 

Nama : Syafa'atul Udzma
No absen : 33
Kelas : X IPS 3

Rembang, 14 September 2021

 Lasem merupakan salah satu kota yang dicatat oleh Van Deventer dalam Overzicht van den Economischen toestand der Inlandsche Bevolking Java en Madorea tahun 1904 bersama Solo dan Pekalongan sebagai kota pusat pembuatan batik. Van Deventer juga menyebutkan bahwa kemunculan batik lasem dalam skala besar merupakan fenomena aneh dengan pengusahanya keseluruhan adalah orang Cina.R umah batik yang terakhir bangkit adalah Batik Lumintu yang dijalankan oleh Ekawatiningsih. Eka, menghidupkan kembali tradisi membatik jaman kakeknya dan kakak sang ibunda di rumah kuna berusia 200 tahun yang beralamat Jalan Sumbergirang II No.2, Lasem.

Kakeknya tidak membuat batik, namun memiliki usaha membuat kain blanko merah yang dikirim ke Solo untuk pembuatan batik tiga negeri Solo. Eka ‘baru’ membatik pada tahun 2016. Sesungguhnya, ketertarikannya pada batik telah muncul sejak tahun 2004. Pada 2015, Eka ‘terpaksa’ pulang setelah sang ibunda jatuh dan membutuhkan Eka untuk merawatnya. Eka pun pulang kampung setelah lebih dari 30 tahun ‘pergi’ melanjutkan sekolah dan bekerja di Semarang. Ia menceritakan bahwa setelah sang kakek meninggal pada tahun 1958, usaha batik tersebut dilanjutkan oleh kakak dari ibunda Eka hingga tahun 1977. Sejak itu, tak ada lagi kegiatan membatik di rumah khas langgam Cina Hindia.


Usahanya mendirikan usaha batik didukung oleh beberapa sahabatnya seperti Supomo (Batik Mawar) dan Santoso Hartono (Batik Pusaka Beruang). Eka tak segan berdiskusi dengan pelaku batik lainnya seperti Renny Priscilla (Batik Maranatha Ong’s Art) dan Henry (Batik Padi Boeloe) dan lainnya. Eka memulai usahanya dengan 3 orang pembatik senior—Lasmirah, Parsini, Sukarni.  Awalnya ia banyak membuat batik tulis Lasem dengan warna-warna moderen, namun saat ini ia mulai menekuni jenis batik tiga negeri untuk menjadi lini batik utamanya.

Eka dan timnya banyak bereksperimen dengan motif padu padan seperti latohan, kricakan, gunung ringgit, sekar jagat, agar pembeli senang dengan variasi motif. Tak jarang ia membuat motif-motif yang diambil dari ragam hias flora fauna di rumahnya, seperti lukisan di kaca, ukiran furnitur, dan lis atap rumahnya. Hal ini merupakan langkah kreatifnya untuk menambah khasanah motif batik Lasem dengan menggunakan motif rumah lawasnya, ia berpendapat hal itu sekaligus dapat melestarikan motif-motif yang menempel di rumah berusia seratusan tahun lebih peninggalan nenek moyangnya.




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBAHARUAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DESA BANYUURIP, GEMBLENGMULYO, SAMBONG, DAN DUSUN ROPOH DI KABUPATEN REMBANG.

LEARNING TOUR SMA N 1 PAMOTAN DI DESA DASUN

Hubungan Sosial Bakul Pentol di Desa Pancur