Istilah Istilah Padi

Nama : Syafa'atul Udzma
No. Absen : 33
Kelas : X IPS 3
Sekolah : SMA N 1 PAMOTAN


Istilah Istilah Padi

Filosofi Ilmu Padi “Semakin Berilmu, Semakin Merunduk” Haruskah Terus Begitu?
“Jadilah seperti padi, semakin berisi maka semakin merunduk” mungkin istilah ini merupakan nasihat yang sering disampaikan orangtua kepada kita. Hal ini bermakna jika tidak sepantasnya manusia bersikap sombong atas ilmu yang mereka miliki. Selalu ingat jika di atas langit masih ada langit. Makna dari filosofi padi ini tentu bisa kita sepakati bersama, sebagai manusia kita tentu tidak boleh berjalan dengan congkak seakan semua orang akan tak lebih diri dari kita.

Padi juga memiliki istilah istilah yang sangat banyak dan beragam. Ini dia istilah-istilahnya: 

1. Pantun :

              Pantun adalah nama daerah padi yang berasal dari Jawa. Istilah padi di daerah Jawa juga bukan hanya pantun, yaitu meliputi pari, dan pare. Pantun atau padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, Padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Nama ilmiah dari pantun atau padi adalah Oryza sativa.

2. Ani-ani : 
 
       
            Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu, tetapi keuntungannya ialah, berbeda dengan penggunaan sebuah clurit atau arit, tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.
Pada saat memanen padi, masyarakat tradisional Jawa dan Sunda tidak boleh menggunakan arit atau golok untuk memanen padi, mereka harus menggunakan ani-ani, pisau kecil yang dapat disembunyikan di telapak tangan. Masyarakat Sunda percaya bahwa dewi padi Nyai Pohaci Sanghyang Sri yang berjiwa halus dan lemah lembut, akan ketakutan melihat senjata tajam besar seperti arit atau golok. Selain itu ada kepercayaan bahwa padi yang akan dipanen, yang juga perwujudan sang dewi, harus diperlakukan dengan hormat dan lembut dipotong satu persatu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja. Hingga kini tradisi kepercayaan itu masih banyak diamalkan, misalnya upacara tradisional panen padi masyarakat Sunda yang disebut Seren Taun. Dari kata "ani" diturunkan istilah panen.

3. Derep : 

          Derep adalah kegiatan memanen padi, menolong, memotong padi di sawah orang lain dengan imbalan kurang lebih seperlima dari hasil panen. Derep menggunakan alat yang bernama ani-ani. Ani-ani adalah alat dari sekeping kayu dan bambu kecil dengansebilah logam di pinggir kayu yang berfungsi sebagai pisau. pisau inilah yang digunakan untuk memotong bulir padi dari batangnya atau sekarang ini banyak yang menggunakan alat modern seperti serit padi yang di buat dengan batang2 besi memutar yang di gerakan dengan mesin bensin. Sebagaimana tandur, derep juga diambil perannya oleh ibu-ibu. Ibu-ibu yang derep biasanya akan mendapatkan upahnya seper sepuluh dari hasil yang ia dapatkan. Upah ini namanya bawon. Dalam kebiasaannya ibu-ibu yang derep adalah mereka yang dulunya ikut tandur. Namun bisa juga keadannya lain ketika padi di jual di sawah. Penebas biasanya membawa tenaga kerja sendiri.

4. Moro wolu : 
         
             Moro wolu adalah sistem "bawon"  pembagian upah hasil derep yang memiliki arti bagi delapan hasil selama derep. Misalnya orang yang derep mendapatkan 1 bagian sedangkan pemilik lahan mendapat 7 bagian. Sementara makan pekerja ditanggung pemilik sawah. 

5. Nggebang : 

             Nggebang adalah istilah dari padi-padi yang habis dipanen tadi menggunakan ani-ani kemudian di tali menggunakan daun padi. 

6. Belah : 

             Belah sendiri memiliki arti atau istilah dari ikatan padi yang diikat menggunakan daun padi tersebut. Belah adalah ikatan ikatan padti dari kegiatan nggebang.

7. Unting : 
     
               Unting adalah kata penggolong untuk tali, malai padi, dan sebagainya atau barang-barang yg terikat; untai; berkas: se — benang emas [n] un.ting-un.ting n perkakas tukang batu berupa tali yg berbandul timah (atau besi) untuk mengukur ketegaklurusan tiang, kerataan tepi (bidang) tembok dan sebagainya. 

8. Ngutut : 
    
                Istilah ngutut memiliki arti mengambil padi dengan satu-persatu dari batangnya. Maksudnya adalah kita seperti mengututi atau menjumputi butir butir padi menggunakan tangan kita dari batang padi. 

9. Gembyok : 

               

            Gembyok padi memiliki arti atau makna yaitu memisahkan padi dari tangkainya menggunakan alat. Gebyok padi dilakukan dengan cara memukulkan batang padi pada papan gepyok.
 
               Gepyok ini memiliki beberapa komponen :
 1.Rak peluruh bulir padi yang terbuat dari bambu atau kayu setinggi empat kaki dan diletakkan di tanah.
 2. Meja rak yang juga untuk meluruhkan bulir padi. Terbuat dari bambu yang dibelah dengan jarak kurang lebih sekitar 1 sampai 2 cm.
 3.Di bagian samping dan belakang, umumnya ditutup menggunakan plastik, terpal, layar, atau alat lainnya yang ada di sekitar tempat merontokkan bulir padi. 
Sedangkan, untuk bagian depannya tetap dibiarkan terbuka. Selain gepyok ada alat lain yang wajib disediakan yaitu sabit atau arit, terpal/layar, dan kandi.

10. Sigir : 

               Sigir adalah sebutan untuk padi atau batang padi yang sudah digembyok tadi kemudian ditaruh pada tempat diatas kayu yang sudah disiapkan kemudian ditata. 

11. Lumbung : 

               

                Lumbung adalah bangunan penyimpanan padi-padian yang telah dirontokan. Kadang kala lumbung juga digunakan untuk menyimpan pakan ternak. Pada peradaban purba atau primitif, lumbung kebanyakan terbuat dari tanah liat atau tembikar.            


PENULIS
Nama : Syafa'atul Udzma
No. absen : 33
Kelas : X IPS 3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBAHARUAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DESA BANYUURIP, GEMBLENGMULYO, SAMBONG, DAN DUSUN ROPOH DI KABUPATEN REMBANG.

LEARNING TOUR SMA N 1 PAMOTAN DI DESA DASUN

Hubungan Sosial Bakul Pentol di Desa Pancur